Banyak penumpang mengeluhkan bahwa makanan di pesawat terasa kurang lezat dibanding saat disantap di darat. Tekstur yang kering, rasa hambar, dan aroma yang kurang menggugah selera sering kali membuat hidangan yang sebenarnya lezat terasa berbeda.
Fenomena ini bukan hanya soal kualitas bahan makanan, tetapi juga disebabkan oleh faktor ilmiah yang memengaruhi indra perasa dan penciuman saat berada di ketinggian. Simak penjelasan ilmiahnya berikut ini!
1. Tekanan Udara Rendah Mengurangi Sensitivitas Indra Perasa
Bagaimana Tekanan Udara Mempengaruhi Lidah?
Saat pesawat terbang di ketinggian lebih dari 30.000 kaki, tekanan udara di dalam kabin jauh lebih rendah dibandingkan di darat. Meskipun sistem kabin telah dirancang untuk menjaga tekanan, tetap ada efek samping terhadap indra perasa.
📌 Dampaknya terhadap pengalaman makan:
✔ Menurunkan sensitivitas lidah hingga 30%, terutama terhadap rasa asin dan manis.
✔ Membuat makanan terasa kurang berbumbu dibanding saat disantap di darat.
Penelitian dari Fraunhofer Institute for Building Physics menunjukkan bahwa perubahan tekanan ini berdampak langsung pada indra pengecap, yang membuat makanan terasa kurang kaya rasa.
2. Udara Kering Mengurangi Aroma Makanan
Mengapa Hidung Berperan dalam Menikmati Makanan?
Indra penciuman memegang peran penting dalam merasakan cita rasa makanan. Sekitar 80% dari pengalaman menikmati makanan berasal dari aroma, tetapi udara di dalam pesawat memiliki kelembapan yang sangat rendah, hanya sekitar 10-20%, jauh lebih kering dibandingkan kondisi normal di darat.
📌 Pengaruh udara kering terhadap penciuman:
✔ Membuat hidung kering, yang menghambat kemampuan mencium aroma makanan.
✔ Mengubah persepsi rasa karena aroma makanan tidak tercium dengan baik.
Karena itu, hidangan yang biasanya memiliki aroma kuat bisa terasa lebih datar saat dikonsumsi di udara.
3. Suara Bising Kabin Mempengaruhi Cara Kita Menikmati Makanan
Apakah Kebisingan Bisa Mengubah Rasa?
Kabin pesawat memiliki tingkat kebisingan sekitar 85 desibel, yang berasal dari suara mesin, aliran udara, dan aktivitas di dalam pesawat. Studi menunjukkan bahwa suara bising dapat mengubah cara otak memproses rasa makanan.
📌 Dampaknya pada pengalaman makan:
✔ Mengurangi sensitivitas terhadap rasa asin dan manis.
✔ Meningkatkan persepsi terhadap rasa umami (gurih), seperti daging dan keju.
Inilah alasan mengapa banyak maskapai lebih sering menyajikan hidangan dengan rasa umami kuat, seperti sup tomat dan pasta berbumbu, yang tetap terasa lezat meskipun berada di udara.
4. Proses Penyimpanan dan Pemanasan Ulang Mengubah Tekstur
Mengapa Makanan di Pesawat Berbeda dari Restoran?
Berbeda dengan restoran, makanan di pesawat tidak bisa dimasak langsung. Semua hidangan disiapkan sebelumnya dan dipanaskan ulang sebelum disajikan menggunakan oven khusus.
📌 Dampaknya terhadap makanan:
✔ Sayuran kehilangan tekstur renyahnya.
✔ Roti dan pasta bisa menjadi lembek atau terlalu keras.
Karena itu, maskapai lebih memilih menyajikan hidangan yang tetap lezat meskipun dipanaskan ulang, seperti sup dan kari berbumbu pekat.
5. Keterbatasan Penggunaan Bumbu di Pesawat
Mengapa Makanan di Pesawat Kurang Berbumbu?
Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penumpang, maskapai membatasi penggunaan garam dan rempah-rempah tertentu.
📌 Alasan pengurangan bumbu dalam makanan pesawat:
✔ Beberapa rempah dihindari untuk mengurangi risiko alergi penumpang.
✔ Makanan dengan aroma menyengat dikurangi agar tidak mengganggu penumpang lain.
Akibatnya, hidangan yang disajikan sering kali memiliki rasa lebih netral dibandingkan makanan di restoran.
6. Upaya Maskapai dalam Menyajikan Makanan yang Lebih Lezat
Bagaimana Maskapai Mengatasi Tantangan Ini?
Menyadari berbagai kendala ini, maskapai penerbangan mulai mengembangkan strategi untuk meningkatkan cita rasa makanan di udara.
📌 Strategi yang diterapkan:
✔ Menggunakan lebih banyak bahan umami, seperti tomat, jamur, dan daging sapi, yang tetap terasa kuat meskipun di udara.
✔ Bekerja sama dengan koki ternama untuk menciptakan menu yang tetap lezat saat disantap di udara.
Maskapai premium seperti Singapore Airlines, Emirates, dan Qatar Airways bahkan menghadirkan chef khusus untuk menciptakan hidangan yang sesuai dengan kondisi penerbangan.
Mengapa Makanan di Pesawat Tidak Terasa Selezat di Darat?
Makanan di pesawat terasa berbeda bukan karena kualitas bahan yang buruk, tetapi karena faktor ilmiah yang memengaruhi indra perasa dan penciuman saat berada di ketinggian.
📌 Faktor utama yang memengaruhi rasa makanan di pesawat:
✔ Tekanan udara rendah menurunkan sensitivitas lidah terhadap rasa asin dan manis.
✔ Kelembapan rendah membuat hidung dan mulut kering. Mengurangi aroma makanan.
Jika ingin menikmati makanan lebih lezat di pesawat, pilihlah hidangan berbumbu kuat dan kaya rasa umami, seperti sup tomat atau kari. Dengan pemahaman ini, kini Anda tahu bahwa bukan makanan di pesawat yang buruk. Tetapi lingkungan dalam pesawat yang mengubah cara kita merasakannya! ✈️🍽